Brak...
"Hah? Apa itu?"
Aku terbangun mendengar suara suatu benda yang terjatuh. Saat kulihat sekeliling, aku merasa aneh tentang dimana tempat aku berada.
"Dimana aku?",lanjutku.
Tiba-tiba aku mendengar langkah kaki dan melihat seorang wanita tua berjalan mendekat kearahku.
"Anak muda, kau sudah bangun? Maaf membangunkanmu. Itu tadi suara buku yang terjatuh. Bagaimana keadaanmu sekarang?",tanya wanita itu.
"Aku dimana? Dan siapa engkau?",balasku.
"Kau ada di rumahku,nak. Kau sudah tiga hari pingsan. Namaku Amber. Kau?",tanya nenek itu lagi.
"Aku? Siapa aku? Aku kira kau tahu siapa aku,nek?",aku bertanya lagi.
"Kau lupa dengan namamu? Tunggu sebentar.",nenek itu lalu pergi meninggalkanku sendiri.
Siapa aku? Dan kenapa aku bisa disini? Pingsan? Kenapa aku pingsan? Pertanyaan yang benar-benar tidak bisa kujawab. Aku lupa dengan segalanya. Kecuali dengan cara bicara,tentunya. Apa aku seorang tukang batu yang kepalanya kejatuhan batu? Tidak mungkin. Pasti teman-temanku sudah mencariku. Jadi siapa aku? Nenek itu datang kembali dengan membawa sebuah pedang.
"Hanya ini yang kutemukan ada di sampingmu.",ujar Amber.
"Pedang? Hanya itu? Tidak adakah tanda pengenal yang menyebutkan namaku?",tanyaku kembali sembari mengambil pedang itu.
"Di pedang itu hanya terukir kata Earth di pegangannya.",ujar nenek itu sambil menunjukkan satu sisi pada pegangannya.
Aku bertanya,"Earth? Apa maksudnya? Namaku? Jadi namaku..."
"Sudahlah, tenang. Istirahat saja. Wajahmu masih terlihat pucat,nak. Nanti saja kau memikirkan hal itu. Tidurlah.", sela Amber saat aku berbicara. Lalu dia pergi meninggalkanku.
Tiba-tiba kepalaku merasa pusing. Apa yang terjadi denganku? Aku memutuskan untuk beristirahat.
Saat ku mulai memejamkan mata, Amber berteriak,"Apabila kau menginginkan air, ambil saja di meja sebelah tempat kau tidur."
Aku melihat meja dan mulai mengambil air untuk minum. Setelah aku minum, aku mulai melanjutkan istirahatku kembali.
<{Bersambung}>
No comments:
Post a Comment