"AMPUN... JANGAN BUNUH AKU!!!"
"Hah?!?", aku terkejut mendengar teriakan seseorang yang kukenal. Akupun langsung mengintip ke ruang depan. Disana aku melihat prajurit kerajaan sedang mendekatkan pedangnya ke Amber. Aku yang ketakutan hanya bisa melihat apa yang terjadi.
"Bila hari ini kau tak bisa memberikan pajak, maka akan ku bunuh,kau."ancam prajurit itu.
"Aku tak mempunyai uang untuk membayarnya. Kebunku,juga belum waktunya panen. Lagipula, baru seminggu lalu kalian menagih pajak padaku. Kalian bilang kalian akan mengambil pajak itu bulan depan." balas Amber.
Di luar rumah, ada dua prajurit lain yang sedang mengacak-acak kebun Amber. Mereka mencabuti semua tanaman yang ada.
"Jangan...!!! Tanaman itu masih bisa tumbuh...!!! Jangan kau bunuh tanaman itu..."teriak Amber kepada dua prajurit itu.
Di daerah ini memang hanya Amber satu-satunya penduduk. Tetangga terdekat sekitar setengah hari perjalanan dengan berjalan kaki. Amber pernah memberitahukan itu kepadaku. Aku tak tahu apakah itu benar atau tidak. Tapi memang itu kenyataannya. Tak ada seorang penduduk pun yang mau membantu Amber.
"Apa maumu, nenek tua? Tak ada yang bisa kau berikan disini. Hanya sayur busuk yang kau tanam." ujar prajurit tadi.
"Dasar kalian prajurit yang tak tahu rasa syukur." marah Amber.
"Syukur? Bersyukurlah kau masih hidup detik ini, orang tua! Dan berharaplah kau masih hidup esok hari!!!" teriak prajurit itu sembari menusukkan pedangnya ke perut Amber.
"AAAaaa...." Amber hanya mampu berteriak. Aku terpaku melihat kejadian itu. Dalam hatiku hanya mampu menampung dendam untuk membalas apa yang prajurit itu lakukan.
"Apa perlu kita menggeledah rumahnya,Kapten Juned?" Tanya prajurit yang terlihat seperti anak buah dari kapten yang dipanggil Juned tadi.
"Untuk apa? Memang niatku hanyalah untuk membunuh nenek itu."kata Kapten Juned.
"Tapi, Kapten..."
"Kalian mau, setiap bulan mengambil pajak kesini? Tempat yang sangat jauh dari kota? Dan nenek tua itu belum tentu ada uang untuk membayar. Biasanya dia hanya mempunyai sayur busuk untuk membayar pajaknya. Sungguh tidak berguna." potong Kapten Juned.
"Tapi, jika raja bertanya..."
"Biar aku mengurusnya..!!! Urusan kecil..!! Ayo kita tinggalkan gubuk tua ini. Hahaha..." ketiga prajurit itupun pergi dengan menertawai nasib Amber dan kebunnya.
Setelah prajurit itu pergi, aku mendekati mayat Amber dan berkata,"Maaf. Aku tak bisa membantumu kali ini. Tenanglah saja di alam sana. Aku kan membalas apa yang mereka lakukan padamu. Terima kasih untuk apa yang telah kau lakukan padaku."
Kubawa jenazahnya ke kebun belakang rumahnya tuk kukuburkan. Air mataku pun keluar mengiringi kepergiannya.
"Selamat tinggal Amber..."
<{Bersambung}>
kok nyeritain tentang EMBER sih???
ReplyDeleteKOCAK ! -____-
ceritanyasingkat sekali, kayak iklan tori-tori. :p
wew...
ReplyDeletekok bisa kepikiran ttg ember,yia???
ahaha...
terlalu singkat,yia???
oke...
hehe...