Tuesday, 15 June 2010

Dwarf, Ras Kecil dengan Kekuatan Besar

"Namaku..." belum sempat aku menyelesaikan kata-kataku, dwarf itu memotongnya lagi.

"Atau ku panggil kau Leo? Mulai sekarang kau kupanggil Leo." ujarnya.

"Leo??? Tapi,kan..."

"Leo... Namaku Abraham Soulaxe. Panggil saja aku Brahm." walaupun agak kurang sopan, akhirnya dia memperkenalkan dirinya juga.

Hmm... Leo boleh juga nama itu. Toh aku sendiri tak harus repot memikirkan namaku, ataupun berbohong kepadanya. Tapi sikapnya yang kasar dan tidak sabaran itu membuatku resah. Sepertinya dia hanya mempunyai waktu yang sedikit lagi untuk hidup, sehingga apa yang dilakukannya harus cepat selesai.

"Ini minumlah dan tunggu sebentar. Sepertinya aku masih mempunyai sisa makanan" katanya seraya melemparkan sebuah tempat air yang terbuat dari kulit.

Aku meminum zat cair tersebut. Rasanya bukan seperti air biasa. Cairan ini seperti memulihkan kekuatanku. Walaupun seperti itu, aku tetap tak berani untuk memberontak dan kabur dari Brahm.

"Ada sedikit lagi daging serigala gurun. Untukmu saja. Kau pasti lapar,kan setelah kau kelelahan dan pingsan seperti tadi."

Kuambil daging itu dan menyantapnya. Dia sepertinya tak seperti yang ku pikirkan. Jika dia memang jahat kepadaku, kenapa dia mau memberikanku makanan ini?

"Maafkan aku atas perlakuanku tadi. Aku memang cepat sekali emosi. Apalagi kepada makhluk-makhluk yang suka merendahkan rasku, ras dwarf." permintaan maafnya terlihat tulus.

"Aku juga minta maaf karena kaget melihatmu. Jujur, ini pertama kalinya aku melihat ada ras lain selain ras manusia. Dan maafkan aku jika aku seperti memandangmu rendah. Karena memang dirimu itu..." dengan hati-hati kuberbicara agar tak membuatnya emosi lagi, "...terlihat lebih kecil."

"Itu memang ciri ras kami. Badan kami memang kecil, tetapi masih belum ada yang tahu, sampai mana batas maksimum kekuatan ras kami. Bisa dibilang, kami adalah ras yang terkuat." penjelasan dari Brahm membuatku bertanya-tanya.

"Kuat? Tetapi, kenapa kalian tidak pernah terlihat di kota? Bukankah ras kalian cocok untuk dijadikan seorang Penjaga?" Aku memang hanya mendengarkan suasana kota dari Amber. Tapi Amber tak pernah menceritakan tentang Dwarf.

"Emosi ras kami sangatlah labil. Dan ras kalian selalu saja menganggap rendah kami. Jadi kami mau tak mau langsung menghabisi mereka. Sejak ras manusia menduduki tahta kerajaan, ras kami diusir dan dikucilkan karena kami dianggap mengganggu. Setelah itu, ras kami memberontak dan menghancurkan hampir setengah dari kerajaan. Sayangnya kami hanya menyerang dengan emosi kami, sehingga dengan adanya kerjasama antara pihak kerajaan dengan makhluk lainnya, kami dikalahkan dan diasingkan ke bawah tanah. Setelah saat itu, kami hanya dapat hidup mengurung diri di bawah tanah, dan sesekali ke permukaan untuk berburu makanan." Kenang Brahm.

"Wah, kau sepertinya mengetahui banyak hal tentang dunia ini. Sebenarnya ku tak tahu siapa diriku. Aku ditemukan oleh seorang nenek terdampar di padang pasir sama seperti kejadian kau menemukanku. Aku kehilangan ingatanku. Mungkin dengan adanya aku disini, aku bisa belajar banyak hal dari dirimu." senyum lebar terpasang pada mukaku.

"Aku memang belum sepenuhnya percaya pada ras kalian. Tapi aku mengijinkanmu ada disini dengan suatu syarat. Kau sanggup?" tantangnya.

"Syarat? apa itu?" rasa penasaran mulai menjalar di benakku.

"Aku takkan mengatakannya sebelum kau mengatakan iya."

"Baiklah, aku harap syarat darimu tak sulit untukku kerjakan." kataku dengan hati yang berdebar.

"Mulai sekarang, kau harus menjadi asistenku. Menemaniku untuk melakukan apa saja. Melakukan semua yang kuperintahkan. Dan kau sudah menyanggupinya."

"Hah?!? Ba...Baiklah..." jawabku. Mau tak mau aku harus menurutinya. Karena aku sudah menyanggupinya.

"Istirahatlah dulu. Aku akan memikirkan apa saja yang bisa aku lakukan kepadamu." katanya sembari pergi dan tertawa kecil. Perasaanku mulai tidak enak.

...
<{Bersambung}>

No comments:

Post a Comment