Mengapa waktu tak pernah berpihak kepadaku
Apakah aku terlalu, terlalu banyak berkelana
Mengapa kita masih saja tak pernah bersatu
Selalu saja bertemu, bertemu saat kau milik yang lain
Mungkin kau bukanlah jodohku, bukan takdirku
Terus terang
Aku merindukanmu, setengah mati merindu
Tiada henti merindukanmu
Masih hatiku untukmu, aku tetap menunggumu
Mengapa waktu tak pernah berpihak kepadaku
Apakah aku terlalu, terlalu banyak berkelana
Mungkin kau bukanlah jodohku
Atau bahkan bukan takdirku
Terus terang (terus terang)
Aku merindukanmu, setengah mati merindu
Tiada henti merindukanmu
Masih hatiku untukmu, aku tetap menunggumu
Aku merindukanmu, setengah mati merindu
Aku merindukanmu, masih hatiku untukmu
Aku tetap menunggumu (ku tetap menunggu)
(setengah matiku menunggumu) menunggumu
Aku tetap menunggumu
===============================
Haruskah menyalahkan waktu? Saat aku terlalu lambat tuk menggapaimu. Haruskah menyalahkan waktu? Saat seluruh kesempatanku kusia-siakan untuk bertemu denganmu. Haruskah memang waktu yang kusalahkan? Bila memang kau tak bisa menjadi milikku.
Kalau kau memang bukan jodohku, kenapa rasa rindu selalu datang di sela-sela kebencianku? Aku kesal padamu, tapi aku tak ingin kehilanganmu. Aku ingin menghilang meninggalkanmu, tapi aku selalu memperhatikanmu di dalam bayang-bayang gelapku.
Jika memang kita tidak berjodoh, maka aku mohon, pergilah dari pikiranku. Keberadaan bayangmu selalu menyelimuti langkahku kemanapun ku pergi. Menghilanglah, aku mohon.
"Mungkin kau bukanlah jodohku... Atau bahkan bukan takdirku... Terus terang... Aku merindukanmu, setengah mati merindu... Tiada henti merindukanmu... Masih hatiku untukmu, aku tetap menunggumu..."
Apakah kesempatan itu memang untuk kita? Atau hanya untuk membuat kita masuk lebih dalam? Biarlah waktu yang menjawabnya...
No comments:
Post a Comment